Minggu, 20 Desember 2009

teori filsafat+marxisme

kesadaran sosial itu adalah omong kosong yang sekosongnya, adalah teori yang tanpa syarat reaksioner. Kalau orang-orang tertentu mendamaikan hal itu dengan Marxisme, maka kita harus mengakui orang-orang itu lebih baik ketimbang teori mereka tapi kita tidak bisa mengesahkan pemutarbalikan teoritis yang tak tahu batas atas Marxisme.

Bogdanov mendamaikan teorinya dengan kesimpulan-kesimpulan Marx, dengan mengorbankan kekonsekwenan yang elementer demi kesimpulan-kesimpulan itu. Setiap produsen orang seorang dalam perekonomian dunia sadar, bahwa dia menyumbangkan sesuatu perubahan di dalam tekhnik produksi, setiap pemilik sadar, bahwa dia menukarkan sesuatu barang hasil dengan barang hasil lain, tapi produsen-produsen dan pemilik-pemilik itu tidak menyadari, bahwa dengan itu semua mereka mengubah kehidupan sosial. Jumlah semua perubahan itu dalam semua per-cabang-cabangannya di dalam dunia perekonomian kapitalis tidak bisa kiranya dicakup oleh tujuh puluh orang Marx. Yang paling penting, adalah bahwa telah ditemukan hukum-hukum dari pada perubahan-perubahan itu, telah ditunjukkan pada pokoknya dan pada dasarnya logika obyektif daripada perubahan-perubahan itu dan dari sejarah perkembangannya, -- obyektif bukan dalam arti bahwa masyarakat daripada makhluk-makhluk yang sadar, daripada manusia, bisa hidup dan berkembang tak tergantung dari adanya makhluk-makhluk sadar (hanya omong kosong yang demkian yang ditandaskan oleh “teori” Bogdanov), tapi dalam arti, abahwa kehidupan sosial tidak tergantung dari kesadarn sosial manusia. Dari hal, bahwa kalian hidup dan berumah tangga, kalian melahirkan anak dan memproduksi baranghasil, baranghasil-baranghasil itu kalian tukarkan, terjalinlah rantai kejadian yang berupa keharusan obyektif, rantai perkembangan, yang tergantung dari kesadaran kalian, rantai yang kapanpun tak tercakup olehnya (oleh kesadaran sosial, Pent.). Tugas paling tinggi daripada umat manuisa – mencakup logika obyektif daripada evolusi perekonomian itu (evolusi kehidupan sosial) dalam garis-garis umum dan dasarnya, agar mumgkin lebih terang, lebih jelas, secara kritis menyesuaikan padanya kesadaran klas-klas maju dari semua negeri-negeri kapitalis.

Semua itu Bogdanov mengakui. Jadi? Jadi, teorinya “keidentikan kehidupan sosial dengan kesadaran sosial” pada kenyataannya dia buang jauh-jauh, tinggal tambahan-tambahan kosong skolastis, -- sedemikian kosongnya, matinya dan tak tersangkut pautnya, sebagaimana “teori penggantian umum” atau ajaran tentang “elemen-elemen”, “introyeksi” dan semua nonsens Machis lainnya. Tapi “yang mati mencengkeram yang hidup”, tambahan-tambahan skolastis yang mati dengan berlawanan dengan kehendak dan tak tergantung dari kesadaran Bogdanovmengubah filsafatnya menjadi alat pengabdi bagi Schubert-Soldern-Schubert-Soldern dan kaum reaksioner lain yang dengan ribuan cara dan dari ratusan kathedral filsafat menyebarkan justru yang mati itu sebagai yang hidup, melawan yang hidup, dengan tujuan mencekik yang hidup. Bogdanov secara pribadi adalah musuh bebuyutan setiap reaksi dan khususnya reaksi burjuis. “Penggantian “ milik Bogdanov dan teori “keidentikan kehidupan sosial dengan kesadaran sosial” mengabdi reaksi itu. Itu adalah fakta yang menyedihan, tapi fakta.

Materialisme pada umumnya mengakui kenyataan (materi) yang secara obyektif riil tak tergantung dari kesadaran, dari perasaan, dari pengalaman dll. daripada umat manusia. Materialisme historis mengakui kehidupan sosial tak tergantung dari kesadaran sosial umat manuisa. Kesadaran baik di sana maupun di sini adalah hanya cerminan daripada kenyataan, paling-paling cerminannya hanya mendekati ketepatan (yang adekwatif, yang secara idiil tepat). Di dalam filsafat Marxisme itu, yang dituang dari sebungkal baja, tidak bisa diambil baik pangkal dasarnya, maupun bagiannya yang penting, tanpa menghindarkan diri dari kebenaran obyektif, tanpa terperosok ke dalam pelukan tipuan burjuasi reaksioner.

Inilah contoh lagi bagaimana filsafat idealisme yang mati mencekeram kaum Marxis Bogdanov yang hiudp.

Artikel: “Apakah idealisme itu? Th. 1901( disana juga hal. 11 dan selanjutnya). “Kita sampai pada kesimpulan begini: baik di sana, di mana orang-orang bersesuaian dalam pembicaraannya mengenai kemajuan, maupun di sana, di mana mereka berbeda, arti dasar daripada ide kemajuan tetap satu: meningkatnya kepenuhan dan keharmonian kehidupan

kesadaran. Demikianlah isi obyektif dari pengertian kemajuan….Kalau sekarang kita bandingkan kenyataan psykhis yang kita terima daripada ide kemajuan dengan kemajuan bilogis yang sudah kita jelaskan duluan (“kemajuan biologis adalah meningkatnya jumlah kehidupan”, hal. 14), maka kita mudah untuk menjadi yakin, bahwa yang pertama sesuai dengan yang kedua dan boleh ditarik daripadanya…..Karena kehidupan sosial disederhanakan menjadi kehidupan psykhis daripada anggota-anggota masyarakat, maka di sini isi daripada ide kemajuan tetap sama:meningkatkan kepenuhan dan harmoni kehidupan; hanya perlu ditambah – kehidupan sosial manusia. Dan, sudah barang tentu, ide kemajuan sosial kapanpun tak pernah punya dan tak akan punya isi yang lain”.(hal. 16).

“Kita telah temukan ….bahwa idealisme menyatakan kemenangannya dalam jiwa manusia yang semangatnyalebih bersosial ketimbang yang kurang bersosial, bahwa ideal yang maju (yang progresif, Pent.) adalah cerminan tendensi progersif sosial di dalam psycho yang idealistis” (32).

Tak perlu dikatakan, bahwa di dalam semua permainan dalam biologi dan sosiologi tak ada setetes Marxisme. Pada Spencer dan Mikhalovsky bisa ditemukan sebanyak mungkin definisi yang sedikitpun tak kurang jeleknya, yang tak menentukan apapun, kecuali “maksud baik” si penulis dan yang menunjukkan ketidak-mengertian yang penuh akan hal “apakah idealisme itu” dan apakah materialisme itu.

Buku ketiga “Empiriokritisisme”, artikel “seleksi sosial” (metode dasar) 1906. Si penulis memulai dengan hal, bahwa dibantahlah usaha-usaha sosial-biologis eklektis Lange, Ferri, Woltman dan banyak lainnya” (hal. 1) dan dalam halaman 15 sudah dibentangkan kesimpulan berikut daripada “penyelidikan”: “kita bisa dengan cara berikut memformulasi hubungan dasar energitika dengan seleksi sosial:

Setiap tindakan daripada seleksi sosial merupakan meningkatnya atau mengurangnya energi kompleks sosial, terhadap mana dia termasuk. Pada kejadian yang pertama di hadapan kita “seleksi positif”, yang kedua “seleksi negatif” (huruf miring si penulis).

Dan nonsens yang keterlaluan itu dianggap sebagai Marxisme! Bisakah dibayangkan sesuatu yang lebih tanpa guna, mati, skolastis ketimbang perentangan kata-kata biologis dan energetik yang tidak bisa memberikan apa-apa di bidang ilmu sosial? Tak ada bayangan penyelidikan konkrit atas masalah-masalah ekonomi, tak ada tanda-tanda dari metode Marx, metode dialektis dan pandangan dunia materialisme, karangan sederhana tentang definisi-definisi, usaha untuk mencocok-cocokkan mereka (definisi-definisi itu, Pert.) dengan kesimpulan-kesimpulan yang sudah jadi dari Marxisme. “Pertumbuhan yang cepat dari tenaga produktif masyarakat kapitalis, tak teragukan, adalah peningkatan energi sosial yang utuh….” – paro kedua dari kalimat itu, tak teragukan adalah pengulangan paro pertama, yang dinyatakan dalam termin-termin yang tak berisi, yang kelihatannya”memperdalamkan” masalah, tapi yang dalam kenyataannya seujung rambutpun tak berbeda dengan usaha-usaha eklektis biologi-sosiologis Lange & Co.! – “ tapi watak disharmoni daripada proses itu mengarah ke hal, bahwa dia berakhir dengan “krisis”, penghambur-hamburan besar tenaga-tenaga produktif, pengecilan energi secara mendadak: seleksi positif diganti dengan yang negatif”(18).

Apakah itu Lange? Kesimpulan yang sudah jadi tentang krisis-krisis, setetespun tak ditambahkan material konkrit, maupun penjelasan alamiah krisis, hanya ditempelkan etiket (merek atau cap, Pent.) biologis-energetis. Semua itu adalah cukup bermaksud baik, sebab penulis mau menekankan dan menperdalam kesimpulan Marx, tapi pada kenyataannya hanya melemahkan kesimpulan-kesimpulan itu dengan skolastika yang mati, yang tak terperikan sepinya. “Yang Marxis” di sini hanya pengulangan kesimpulan-kesimpulan yang sebelumnya sudah terkenal, sedang semua pendasarannya “yang baru”, semua “energika sosial” (34) dan “seleksi sosial” itu – sekedar kumpulan kata-kata penyiksaan yang betul-betul atas Marxisme.

Bogdanov samasekali bukannya melakukan penyilidikan Marxis, melainkan mengenakan jubah terminologi biologis dan energetic atas hasil-hasil yang dulu sudah dicapai oleh penyelidikan semacam itu. Semua usaha itu dari awal sampai akhir tak ada gunanya, sebab

pemakaian pengertian-pengertian “seleksi”, “asimilasi dan disasimilasi” energi, balans energi dll., dls. ke dalam bidang ilmu sosial adalah frase kosong. Pada kenyataan baik penyelidikan gejala-gejala sosial, maupun penjelasan metode ilmu-ilmu sosial tidak bisa diberikan dengan pertolongan pengertian-pengertian itu. Tak ada sesuatu yang lebih mudah kecuali melekatkan merek (atau cap, Pent.) “energetic” atau “biologi-sosiologis” pada gejala-gejala seperti krisis-krisis, revolusi, perjuangan klas-klas dsb. tapi juga tak ada sesuatu yang lebih tanpa guna, lebih skolastis, lebih mati kecuali kesibukan semacam itu. Masalahnya bukan terletak dalam hal, bahwa di sini Bogdanov mencocok-cocokkan semua hasil-hasilnya dan kesimpulan-kesimpulannya dengan Marx, atau “hampir” semua (kita telah melihat “pembetulan” mengenai masalah tentang hubungan kehidupan sosial dengan kesadaran sosial), -- tapi dalam hal, bahwa cara-cara pencocokan itu, “energitika sosial” itu betul-betul palsu dan samasekali tidak berbeda dengan cara-cara Lange.

Tuan Lange, -- tulis Marx pada tanggal 27 Juni 1870 kepada Kugelman, -- (“Tentang masalah-masalah baru dst.”, cet. ke-2) cukup kuat memuji saya ….dengan tujuan menonjolkan dirinya sebagai orang besar. Masalahnya yalah, bahwa Lange membuat penemuan. Seluruh sejarah bisa disederhanakan menjadi satu dalam frase “Struggle for Life” – perjuangan untuk hidup (pernyataan Darwin dalam penggunaannya semacam itu menjadi frase kosong), sedang isi dari frase tersebut adalah hukum Maltus tentang penduduk. Oleh sebab itu, bukannya menganalisa “Struggle for life” bagaimana dia secara historis muncul dalam bermacam-macam bentuk masyarakat, melainkan tidak berbuat apa-apa kecuali mengubah setiap perjuangan konkrit menjadi frase “Stuggle for life”, dan frase itu menjadi fantasi Maltus tentang penduduk. Boleh untuk setuju, bahwa itu adalah metode yang meyakinkan …. Untuk menonjolkan diri daripada ketololan yang congkak dan daripada kemalasan berfikir dengan kedok sok ilmiah” (78).

Dasar kritik Marx terhadap Lange terletak bukan dalam hal, bahwa Lange secara khusus menyelundupkan Maltusianisme ke dalam sosialogi, tapi dalam hal, bahwa pemindahan (atau: penggunaan, Pent.) pengertian biologis pada umumnya ke bidang ilmu sosial frase. Pemindahan semacam itu dilakukan dengan maksud “baik”-kah atau dengan maksud pelekatan kesimpulan-kesimpulan sosiologis yang bohong, dari hal itu frase tetap frase. Yang energitika sosial” Bogdanov, penyatuannya atas ajaran-ajaran seleksi sosial ke Marxisme adalah justru frase semacam itu.

Baik dalam gnosiologi Mach dan Avenarius tidak mengembangkan idealisme, melainkan memenuhi kesalahan-kesalahan idealis lama dengan nonsens-nonsens terminologi yang congkak (“elemen-elemen”, “koordinasi prinsipiil”, “introyeksi” dsl.), demikian juga di dalam sosiologi, empiriokritisisme, bahkan di bawah solidaritet yang tulus pada kesimpulan-kesimpulan Marxisme, mengarah ke pemutar-balikkan materialisme histori dengan menggunakan kata-kata biologis dan energetic yang congkak kosong.

Kekhususan historis daripada Machisme Rusia Modern (lebih tepatnya: arus Machis di kalangan kaum Sosial-Demokrat) adalah keadaan berikut. Feuerbach adalah “materialis di atas, idealis di atas”; -- juga dalam batas-batas tertentu mengenai Buchner, Vogt, Moleschott dan Dühring dengan perbedaan besar, bahwa semua ahli filsafat tersebut adalah orang-orang kerdil dan orang-orang ceoboh celaka apabila dibandingkan dengan Feuerbach.

Marx dan Engels yang tumbuh dari Feuerbach dan mendewasa dalam perjuangan melawan orang-orang ceroboh, sudah barang tentu sangat memperhatikan pada pembangunan filsafat materialisme ke atas, yaitu bukan pada gnosiologi materialisme tapi pada interpretasi materialis atas sejarah. Oleh sebab itu Marx dan Engels dalam karya-karyanya lebih banyak menggris bawahi materialisme dialektis ketimbanga materialisme dialektis, lebih banyak menuntuk materialisme historis ketimbang materialisme historis. Kaum Machis kita yang menghendaki menjadi kaum Marxis, datang menghampiri Marxisme dalam periode yang sama sekali lain dari periode historis di atas, datang menghampiri pada saat, ketika filsafat burjuis khususnya berspesialisasi pada gnosiologi dan dengan menguasi secara berat sebelah dan dalam bentuk yang terputar balikkan beberapa bagian dialektika (misalnya relativisme), secara sungguh-

sungguh mempertahankan pada pembelaan atau pemulihan kembali idealisme di bawah dan bukan idealisme di atas. Paling tidak positivisme pada umumnya dan Machisme pada khususnya jauh lebih banyak melakukan pemalsuan yang halus di bidang gnosiologi, memalsu dengan materialisme, menyembunyikan idealisme di balik terminologi-terminologi yang seolah-olah materialis, -- dan relatif kurang memperhatikan filsafat sejarah. Kaum Machis kita tidak mengerti Marxisme, kalau boleh dikatakan, -- dari arah lain, dan merasa mengerti, -- sedang kadang-kadang mengerti tidak sebanyak yang dihafal di luar kepala, -- teori ekonomis dan historis Marx, tanpa mempunyai kejelasan akan dasar-dasarnya yaitu filsafat materialisme. Kita dapati, bahwa Bogdanov & Co. harus disebut Buchner-Buchner dan Dühring-Dühring Rusia secara kebalikan. Mereka menghendaki menjadi kaum materialis di atas, mereka tidak bisa menghindari diri dari idealisme di bawah yang kacau! “”Di atas” yang ada pada Bogdanov adalah materialisme historis, memang benar, yang vulger dan yang secara serius dirusak oleh idealisme, “di bawah” idealisme yang dijubahi dengan termin-termin Marxis, yang dipalsu dengan kata-kata Marxis. “Pengalaman yang secara sosial terorganisir”, “proses kerja kolektif”, semua itu adalah kata-kata Marxis, tapi semua itu haynya kata-kata, yang menyembunykan idealis, (yaitu filsafat) yang menyatakan benda – sebagai kompleks-kompleks “empiriosimbul-empiriosimbul” daripada umat manusia, alam fisis – sebagai “yang dihasilkan” oleh “yang psykhis” dsl. dsb.

Pemalsuan Marxisme yang lebih halus, penyulapan yang lebih halus ajaran-ajaran anti-materialis menjadi Marxisme, -- dengan itulah ditandai revisionisme modern baik di dalam ekonomi politik, di dalam masalah-masalah taktik maupun di dalam filsafat pada umumnya baik di dalam gnosiologi maupun dalam sosiologi.

3. Tentang “Dasar-Dasar Filsafat Sosial”nya Suvorov

“Risalah ‘tentang’ filsafat Marxisme”, yang berakhir dengan artikel kawan S.Suvorov tersebut merupakan buket yang luar biasa kuat pengaruhnya justru sebagai akibat watak kolektif buku itu. Ketika di hadapan kalian tampil secara bersama dan secara berdekatan Bazarov, yang berkata, bahwa menurut Engels “tanggapan panca indera adalah kenyataan yang ada di luar kita”, Berman, yang mengumumkan, bahwa dialektika Marx dan Engels adalah mistis, Lunarcarsky, yang mengoceh sampai pada agama, Yuskevic, yang memasukkan “Logos di dalam gugusan irasionil daripada yang ada”, Bogdanov yang menamakan idealisme secara filsafat Marxisme, dan, akhirnya S.Suvorov dengan artikel “Dasar-dasar filsafat sosial”, maka kalian akan secara langsung merasa “jiwa” daripada garis baru. Kwantitet berubah menjadi kwalitas. “Orang-orang yang sedang menacri”, yang sampai sekarang telah mencari secara terpisah-pisah di dalam artikel-artikel dan buku-buku yang sendiri-sendiri, telah tampil dengan manifes yang sesungguhnya. Perbedaan pendapat sepotong-sepotong di antara mereka terhapuskan oleh fakta yang berupa penampilan secara kolektif menentang (dan bukan “tentang”) filsafat Marxisme, dan garis reaksioner daripada Machisme, sebagai aliran, menjadi jelas.

Dalam keadaan yang demikian, artikel Sovorov lebih menarik lagi, sebab si penulis, bukan seorang empiriomonis dan bukan seorang empiriokritis, melainkan sekedar seorang “realis”, -- oleh sebab itu, dia didekatkan dengan kompanyon lainnya bukan oleh hal, apa yang membedakan Bazarov, Yuskevic, Bogdanov, sebagai ahli-ahli filsafat, melainkan oleh hal, apa yang umum di antara mereka dalam melawan materialisme dialektis. Perbandingan analisa-analisa sosiologis daripada si “realis” itu dengan analisa-analisa si empiriomonis bisa membantu kita untuk melukiskan tendensi umum mereka.

Suvorov menulis: “Di dalam tingkat-tingkat daripada hukum-hukum yang mengatur proses dunia, yang sebagian-sebagian dan yang kompleks berubah menjadi yang umum dan yang sederhana – dan semua mereka tunduk pada hukum-hukum universal daripada perkembangan, -- hukum kekuatan-kekuatan ekonomi. Hakekat hukum itu terletak dalam hal, bahwa setiap sistim kekuatan, dengan makin besarnya kemampuan untuk memelihara keutuhan dan untuk

berkembang, maka makin sedikitlah pengeluaran, makin besarlah akumulasi, makin baiklah pengeluaran mengabdi pada akumulasi. Bentuk daripada keseimbangan yang mudah bergerak, yang sejak lama disebabkan oleh ide kegunaan secara obyektif (sistim matahari, urut-urutan gejala-gejala bumi, proses kehidupan), terbentuk dan berkembang justru sebagai akibat dari penghematan dan akumulasi energi yang khas bagi mereka, -- sebagai akibat dari keekonomisan intern. Hukum keekonomisan kekuatan merupakan prinsip yang menyatakan dan mengatur dari semua perkembangan, -- perkembangan zat anorganis, perkembangan biologis dan perkembangan sosial” (hal. 293, huruf miring dari penulis).

Kaum “posistivis” dan “realis” kita mudah sekali memanggang “hukum universal”! Sayangnya bahwa hukum-hukum itupun tak lebih baik dari hukum-hukum yang dengan mudah dan cepat dipanggang oleh Eugen Dühring. “Hukum universal” Suvorov – adalah kata-kata yang tanpa isi, yang dibesar-besarkan, sebagaimana hukum-hukum universal Dühring. Kalian cobalah mengenakan hukum itu dari bidang pertama dari ketiga bidang yang diajukan oleh si penulis” ke perkembangan anorganis. Kalian akan melihat bahwa kecuali hukum kekekalan dan perubahan energi, kalian tidak akan berhasil mengenakan apalagi mengenakan “secara universal” “keekonomisan kekuatan”. Sedang hukum “kekekalan energi” sudah dibuang oleh penulis, sudah disebut duluan(hal. 292) sebagai hukum khsus.*. Apakah yang masih tinggal kecuali hukum itu di dalam bidang perkembangan anorganis? Mana tambahan-tambahan atau perumitan, atau penemuan-penemuan baru, atau fakta-fakta baru yang mengijinkan si penulis untuk mengubah (“menyempurnakan”) hukum kekekalan dan hukum perubahan energi menjadi hukum “keekonomisan kekuatan”?Fakta-fakta atau penemuan-penemuan yang demikian itu tidak ada., dan Suvorov bahkan tidak menyinggungnya. Dia sekedar, -- demi kehebatan, sebagaimana dikatakan oleh Bazarov –nya Turgenyev, -- menggoreskan pena dan menggores “hukum universal” baru daripada “Filsafat monis riil” (hal.292). Ketahuilah milik kita!Dalam hal apa kita lebih jelek daripada Dühring?

Ambillah bidang perkembangan kedua – bidang biologi. Di sini, di bawah perkembangan organisme-organisme dengan jalan perjuangan untuk hidup dan seleksi, adakah hukum keekonmisan kekuatan atau “hukum” pemborosan kekuatan adalah universal? Tidak jelek. Bagi “filsafat monis riil” boleh mengerti “arti” hukum universal dalam satu bidang begini dan dalam bidang lain secara lain, misalnya, seperti perkembangan organisme-organisme tinggi dari yang rendah. Tidak apa-apa, meskipun hukum universal dari situ berubah menjadi kata-kata kosong – asal terpelihara prinsip-prinsip “monisme”. Sedang bagi bidang ketiga (bidang sosial) boleh memengerti “hukum universal”supaya di bawah kekuasaannya bisa ditrapkan apa saja.

“Meskipun ilmu kemasyarakatan masih muda – dia sudah memiliki basis yang kuat dan penggeneralisasian yang definitif; dalam abad ke-19 dia berkembang sampai puncak teoritis, -- dan itu adalah jasa pokok Marx. Dia meningkatkan ilmu sosial sampai pada taraf teori sosial …” Engels berkata bahwa Marx mengubah sosialisme dari utopi menjadi ilmu, tapi bagi Suvorov itu belum cukup. Lebih berkesan lagi, kalau kita membedakan lagi teori dari ilmu (masakan sebelum

Marx sudah ada ilmu sosial?), -- tidak jelek, bahwa perbedaannya adalah nonsens.

“…. Dengan jalan menetukan hukum dasar daripada dinamika sosial, berkat mana evolusi tenaga-tenaga produkstif merupakan prisnisp yang menetukan bagi semua perkembangan ekonomis dan sosial. Tapi perkembangan tenaga-tenaga produktif sesuai dengan pertumbuhan produktivitet kerja, sesuai dengan penurunan relatif daripada pengeluaran dan sesuai dengan peningkatan akumulasi energi” …. (lihatlah, betapa suburnya “filsafat monis-riil”: diberikan sesuatu yang baru, pendasaran energetic atas Marxisme!)….Itu adalah prinsip ekonomis. Dengan begitu sebagai dasar teori sosial, Marx meletakkan prinsip keekonomian kekuatan”…..

Kita “dengan begitu” tadi betul-betul keterlaluan! Karena Marx memiliki ekonomi politik, maka berhubung dengan itu mari kita kunyah kata “ekonomi” dengan menamakan hasil kunyahan itu “filsafat monis riil”.

Tidak, Marx tidak meletakkan sebagai dasar teorinya prinsip keekonomisan kekuatan yang manapun. Itu adalah omong kosong yang direka-reka oleh orang-orang yang mengharapkan karangan daun palm Eugen Dühring. Marx secara sempurna telah memberikan definisi yang tepat tentang pengertian pertumbuhan tenaga-tenaga prosuktif dan mempelajari proses konkrit pertumbuhan itu. Sedang Suvorov mereka-reka istilah baru untuk menandai pengertian yang dianalisa oleh Marx dan mereka-reka sangat tidak berhasil, hanya mengacaukan masalah. Sebab, apakah artinya “keenomisan kekuatan”, bagaimana mengukurnya, bagaimana menggunakan pengertian itu, fakta-fakta tepat dan tertentu mana yang cocok baginya – itu semua Suvorov tidak menjelaskan, sebab hal itu adalah kebingungan. Dengarkan lebih lanjut:

“…. Hukum ekonomis sosial itu bukan merupakan prinsip kesatuan intern daripada ilmu sosial” (kalian mengertikah sesuatu di sini, pembaca?) “tapi merupakan mata rantai penghubung antara teori sosial dengan teori kehidupan umum”(294.

Ya, ya,. “Teori kehidupan umum” yang ditemukan kembali oleh S.Suvorov sesudah banyak kali ditemukan dalam bentuk yang sangat berbeda-beda oleh banyak wakil filsafat skolastis. Kita ucapkan selamat kepada kaum Machis Rusia dengan “teori kehidupan umum” baru!Kita harapankan saja, bahwa karya kolektif mereka yang berikut sepenuhnya diperuntukkan bagi pendasaran dan perkembangan penemuan besar itu!

Bagaimana jadinya pembentangan teori Marx di mana wakil-wakil filsafat realis atau filsafat monis riil, tampak pada contoh semacam ini: “Pada umumnya tenaga-tenaga produktif manusia membentuk kenaikan tingkat genetis” (waduh!)”dan terdiri dari energi kerja mereka, yang tunduk pada kekuatan-kekuatan spontan daripada alam yang secara kulturil diubah, dan alat kerja yang membentuk tekhnik produktif ….Dalam hubungannya dengan proses kerja, kekuatan itu melakukan fungsi ekonomis semata-mata; dia menghemat energi kerja dan meninggikan produktivitas pengeluarannya” (298). Tenaga-tenaga produktif melaksanakan fungsi ekonomis dalam hubungannya dengan proses kerja!Itu sama saja andaikata berkata: kekuatan hidup melaksanakan fungsi kehidupan dalam hubungannya dengan proses kehidupan. Itu bukan pembentangan Marx, melainkan pengotoran Marxisme dengan sampah istilah yang keterlaluan.

Sampah semacam itu di dalam artikel Suvorov tak terbilang banyaknya. “Sosialisasi klas termanifestasi dalam pertumbuhan kekuasaan kolektinya baik atas manusia maupun atas milik mereka”(313)…. “Perjuangan klas mengarah ke pembentukan bentuk keseimbangan antara kekuatan-kekuatan sosial”(322)….Percekcokan, permusuhan dan perjuangan sosial pada hakekatnya adalah gejala negatif, anti kemasyarakatan. “Kemajuan sosial, menurut isi dasarnya, adalah pertumbuhan kemasyarakatan, pertumbuhan hubungan sosial antar manusia”(328). Dengan koleksi kebanalan semacam itu bisa dipenuhi berjilid-jilid buku, -- dan dengannya dipenuhi berjilid-jilid buku wakil-wakil sosiologi burjuis tapi menamakan hal itu sebagai filsafat Marxisme – itu sudah keterlaluan.Kalau artikel Suvorov merupakan percobaan untuk mempulerkan Marxisme, -- maka kiranya artikel itu tidak bisa diadili secara keras; kiranya setiap orang menyadari, bahwa maksud penulis baik , hanya percobaannya gagal, hanya itulah. Sedang ketika grup kaum Machis menyuguhkan kepada kita barang semacam itu dengan nama “Dasar-dasar Filsafat sosial”, ketika melihat cara-cara yang itu-itu juga bagi “pengembangan” Marxisme

halaman 198

dalam buku-buku filsafat Bugdanov, maka terdapat kesimpulan yang tak terelakkan tentang hubungan yang langsung antara gnosiologi raksioner dengan usaha-usaha reaksioner di dalam sosiologi.

4. Watak Klas Di Dalam Filsafat dan Orang-Orang Tak Berkepala Secara Filosofis

Kita perlu menganalisa masalah tentang hubungan Machisme dengan agama. Tapi masalah itu akan terluaskan sampai ke masalah tentang hal, adakah, umumnya watak klas di dalam filsafat dan memiliki arti apakah ketidak-berwatak-klas di dalam filsafat.

Selama seluruh pembentangan yang lalu, pada masalah-masalah ghnosiologi yang kita singgung , pada setiap masalah filsafat yang diajukan oleh ilmu fisika baru, kita mengikuti perjuangan materialisme dengan idealisme.Di balik seonggok kelicikan-kelicikan terminologi baru, di balik percekcokan skolastika terpelajar, selalu, tanpa kecuali, kita temukan dua garis dasar, dua aliran dasar dalam pemecahan masalah-masalah filsafat. Diambilkah sebagai primer alam, materi, yang fisis, dunia luar – dan menganggap yang sekunder kesadaran, jiwa, perasaan (pengalaman. Menurut terminologi yang tersebar luas di zaman kita), yang psykhis dsb., itulah masalah hakiki, yang pada kenyataannya terus membagi pada ahli filsafat menjadi dua kubu besar. Sumber daripada ribuan dan ribuan kesalahan dan keruwetan di dalam bidang ini terletak justru di dalam hal, bahwa di balik segi luar daripada termin-termin, definisi-definisi, tipu daya-tipudaya skolastis, kelicikan kata-kata, tidak melihat dua tendensi dasar itu. (Bogdanov, misalnya, tak mau mengakui idealismenya, sebab sebagai ganti pengertian-pengertian “metafisis”, coba lihat: “alam” dan “jiwa”, dia mengajukan pengertian-pengertian “pengalaman”: yang fisis dan yang psykhis. Kata-kata telah diganti!).

Zenialitet Marx dan Engels terletak justru dalam hal, bahwa dalam jangka waktu yang sangat panjang, hampir setengah abad, mereka mengembangkan materialisme, mendorong maju satu aliran dasar di dalam filsafat, tidak berhenti pada pengulang-ulangan masalah-masalah gnosiologis yang sudah diselesaikan, tapi melaksanakan secara konsekwen, -- menunjukkan, bagaimana seharusnya melaksanakan materialisme yang itu-itu juga di bidang ilmu sosial, tak kenal ampun menyapu bagaikan sampah semua nonsens yang dipenuhi omongkosong-omongkosong yang congkak, usaha-usaha yang tak terbilang banyaknya untuk “menemukan” garis “baru” di dalam filsafat, menciptakan aliran “baru” dls. Watak kata-kata dari usaha-usaha semacam itu, permainan skolastis di dalam “isme-isme” baru dalam filsafat, pengotoran hakekat masalahnya dengan kelicikan yang keterlaluan, tidak bisanya mengerti dan secara jelas menggambarkan perjuangan dua aliran gnosiologis dasar, --itulah yang dikejar-kejar (atau yang diikuti, Pent.) dan dilawan oleh Marx dan Engels dalam jangka waktu seluruh akrivitetnya.

Kita telah mengatakan : hampir setengah abad. Pada kenyataannya, masih di tahun 1843, ketika Marx baru menjadi Marx, yaitu menjadi pendiri sosialisme, sebagai ilmu, pendiri materialisme modern, yang secara tak terukur lebih kaya isinya dan secara tak terbandingkan lebih konsekwen daripada semuan bentuk materialisme yang dulu, -- masih di waktu itu Marx dengan kejelasan yang menakjubkan mencatat garis-garis dasar di dalam filsafat. Karel Grun mengikuti surat Marx kepada Feuerbach ttg. 20 Oktober 1843 (79) , di mana Marx mengajak Feuerbach untuk menulis sebuah artikel di dalam “Deutsch-Franzosische Jahrbuchner” (80) melawan Schelling. Schelling tersebut yang sombong dan kosong, -- tulis Marx, -- dengan tuntutan untuk merangkul dan mengungguli semua aliran-aliran filsafat yang dulu. “Kepada kaum romantikus dan mistikus Perancis Schelling berkata: saya – kesatuan filsafat dan theology; kepada kaum materialis Perancis: saya – kesatuan tubuh dan ide, kepada kaum skeptis Perancis:

Saya – penganjur dogmatika*. Bahwa “kaum skeptikus”, menamakan dirikah mereka sebagai kaum Humeanis atau kaum Kantianis (atau kaum Machis, dalam abad ke-20), berteriak melawan “dogamatis” baik daripada materialisme maupun daripada idealisme, Marx sudah melihat pada waktu itu dan, tanpa menyibukkan diri untuk memperhatikan salah satu dari ribuan sistim-sistim filsafat kecil-kecil, dia bisa melewati Feuerbach langsung melangkah pada jalan materialis melawan idealisme. Selang tiga puluh tahun, di dalam kata Susulan bagi terbitan kedua “Kapital” jilid pertama, Marx sedemikian jelas dan terangnya mempertentangkan materialismenya dengan idealisme Hegel yaitu idealisme yang paling konsekwen dan paling berkembang; secara menghina menyingkirkan “positivisme” Comt dan mengumumkan para ahli filsafat modern sebagai penjiplak yang celaka, yaitu para ahli filsafat modern yang mengira, bahwa mereka telah memusnahkan Hegel, tapi yang pada kenyataannya kembali pada pengulangan kesalahan-kesalahan Kant dan Hume sebelum Hegel. Dalam suratnya kepada Kugelman tertanggal 27 Juni 1870, Marx menunjuk “Buchner, Lange, Dühring, Fechner dsl.” Demikian juga dengan penghinaan, krena mereka tidak bisa mengerti penuh pengabaian**. Ambillah, akhirnya, catatan-catatan filosofi Marx yang sepotong-sepotong di dalam “Kapital” dan karya-karya lain, --kalian akan melihat tidak berubahnya motif dasar: tuntutan keras bagi materialisme dan pencemoohan yang penuh penghinaan pada semua pemadaman, setiap kekacauan, setiap pemunduran ke arah idealisme. Di dalam dua pertentangan dasar itu berputarlah semua catatan-catatan filosofi Marx – dari titik tolak filsafat keprofesoran, di dalam “kesempitan” dan “keberat sebelahan” itulah terletak kekurangan catatan-catatan tersebut. Pada kenyataannya, justru di dalam pengabaian atas proyek-proyek hina yang mau mendamaikan materialisme dengan idealisme itulah terletak jasa agung Marx, yang melangkah maju menyusuri jalan filsafat yang secara tegas sudah tertentu.

Engels, yang sepenuhnya sesuai dengan jiwa Marx dan dalam kerja sama yang erat dengannya, dalam semua karya-karya filsafatnya secara singkat dan jelas mempertentang garis Materialis dan idealis dalam semua masalah, tanpa memperhatikan secara serius baik dalam tahun 1878, 1888 maupun dalam tahun 1892 (83) usaha keras yang tak terbilang banyaknya”untuk mengungguli” “keberat sebelahan” materialisme dan idealisme, untuk memproklamasikan garis baru, baik yang berupa “positivisme”, “realisme” atau penipuna-penipuan keprofesoran lian. Dalam seluruh perjuangannya melawan Dühring, Engels melancarkan sepenuhnya di bawah semboyan pelaksanaan secara konsekwen materialisme, denga menuduh si materialis Dühring demi pengotoran dengan kata-kata atas hakekat masalahnya, demi frase, demi cara-cara pembahasan, yang merupakan kekacau-balauan idealisme, penyeberangan ke posisi idealisme. Ataukah materialisme yang konsekwen se-akar-akarnya, atau kebohongan dan kekacau-balauan filsafat idealisme, -- itulah pengacauan yang diberikan pada setiap paragraf “Anti-Dühring” dan yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang yang otaknya sudah dirusak oleh filsafat keprofesoran yang reaksioner. Dan sapai pada tahun 1894, ketika tertulis kata pengantar pada terbitan “Anti-Dühring” yang untuk terakhir kalinya ditinjau kembali dan diberi tambahan oleh penulisnya, Engels yang terus mengikuti filsafat baru dan ilmu alam baru, terus saja dengan ketegasannya yang dulu menuntut pada posisinya yang keras dan jelas dengan menyapu sampah daripada sistim-sistim dan sistim-sistim kecil baru.

Bahwa Engels terus mengikuti (atau memperhatikan, Pent.)filsafat baru jelas dari “Ludwig Feuerbach”. Di dalam kata pengantar tahun 1888 dikatakan bahwa tentang gejala-gejala, seperti pemunculan kembali filsafat Jerman klasik di Inggris dan Skandinavia, sedang tentang berkuasanya neo-Kantianisme dan Humeanisme Engels tidak memiliki (baik di dalam kata pendahuluan maupun di dalam teks buku) kata-kata lain kecuali penghinaan yang teramat sangat. Sama sekali jelas, bahwa Engels, ketika mengamati pengulangan kesalahan-kesalahan lama Kantianisme dan Humeanisme sebelum Hegel oleh filsafat Jerman dan Inggris yang menurut mode, siap untuk menunggu kebaikan bahkan dari pembalikan (di Inggris dan di Skandinavia) ke arah Hegel, dengan mengharapkan, bahwa dialektik dan si idealis besar membatu melihat kesesatan-kesesatan kecil idealis dan metafisis.

Tanpa menelaah sejumlah besar macam-macam neo-Kantianisme di Jerman dan Kantianisme di Inggris , Engels membantah secara langsung pemunduran dasar mereka dari materialisme. Engels menyatakan, semua tendensi dari aliran yang satu maupun yang lain sebagai “selangakah mundur ilmiah”.Dan bagaimanakah dia menilai tendensi “positivis” yang tak ragu-ragu, dari titik tolak terminologi yang umum berlaku, tendensi “realis” yang tak ragu-ragu dari kaum neo-Kantianis dan Humeanis, di antara mana misalnya , dia tidak bisa untuk tidak tahu Huxley? “Positivisme” dan “realisme”, yang telah memikat dan terus akan memikat sejumlah besar orang-orang bingung, Engels menyatakan paling-paling berubah cara-cara filistin untuk secara rahasia menyelundupkan materialisme, secara terbuka menyuguhkan dan mengingkari nya. Kiranya cukup sedikit saja memikirkan atas penilaian yang demikian atas T.Huxley, seorang ahli ilmu alam yang paling besar dan seorang realis yang relatif lebih realis dan seorang positivis yang relatif lebih positif daripada Mach, Avenarius & Co, -- untuk bisa mengerti, dengan penghinaan yang bagaimana kiranya Engels menanggapi tertariknya pada zaman sekarang sejumlah orang-orang Marxis “oleh positivisme terbaru” atau “oleh realisme terbaru” dsb.

Marx dan Engels dari awal sampai akhir adalah orang-orang yang berwatak klas di dalam filsafat, bisa menemukan penyimpangan dari materialisme dan konsesi pada idealisme dan fideisme di dalam semua dan setiap aliran-aliran “terbaru”. Oleh sebab itu mereka menilai Huxley terutama dari titik tolak kekonsekwenan materialisme. Oleh sebab itu mereka menyesali Feuerbach karena dia tidak melancarkan materialisme sampai akhir,-- karena dia mengingkari materialisme sebab kesalahan-kesalahan orang-orang materialis tertentu, -- karena dia melawan agama dengan tujuan memperbaiki atau menyusun agama baru, -- karena dia di dalam sosiologi tidak bisa memisahkan diri dengan frase idealis dan menjadi seorang materialis. Betapapun kesalahan-kesalahnnya dalam pembentangan materialisme dialektis, Y.Dietzgen sepenuhnya menilai baik dan mentrapkan tradisia besar yang paling berharga dari guru-gurunya. Y.Dietzgen banyak berdosa dari penyimpangannya yang tidak mengenakkan dari materialisme, tapi dia secara prinsipiil tak pernah memisahkan diri darinya, tak pernah mengibarkan pani-panji “baru”, dalam saat-saat yang menentukan selalu mengatakan secara tegas dan kategori: saya seorang materialis, filsafat kita adalah filsafat materialis. “Dari semua partai, -- kata Yosef Dietzgen kita secara adil, -- yang paling memuakkan adalah partai tengah-tengah …. Sebagaimana di dalam politik, partai-partai makin hari makin tergrupkan hanya menjadi dua kubu, ----demikian juga di dalam ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua klas dasar (Generalklassen): di sana – kaum metafisis, di sini kaum fisis atau kaum materialis*. Elemen-elemen tengahan dan elemen pendamai penipu pendamai dengan merek-mereknya yang bermacam-macam, kaum spiritualis, kaum sesualis, kaum realis dsb.dsb., pada perjalannya pada berguguran, ada yang ke aliran yang satu ada yang ke aliran yang lain. Kita menuntut ketegasan , kita menghendaki kejelasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar